Rabu, 29 Mei 2013

Oleh: Teguh Wibowo
“Kamu harus kuliah di ITB! Ngapain di IPB? Mau jadi petani? Mau nasib Kamu susah kayak bapakmu ini?”
Masih aku ingat amarah Bapak begitu menancap ke dalam hatiku. Waktu itu, lima belas tahun lalu, saat dimana aku tengah dalam kebimbangan memilih tempat dimana aku akan melanjutkan pendidikan.
Bapakku adalah petani tulen. Ia tidak bisa dibilang berhasil sebagai petani. Tanahnya memang begitu luas, namun itu tidak membuat keluarga kami mapan menjalani hidup. Harga produk pertanian yang fluktuatif menjadi penyebabnya. Disamping memang karena bapak sendiri tidak berbekal pengetahuan yang memadai dan tanpa inovasi tanam.
Seorang warga kampung sendiri memang ada yang telah sukses menjadi insinyur. Lulus dari ITB dan bekerja di sebuah perusahaan tambang milik negara asing. Bapak ingin aku mengikuti jejaknya, kuliah di ITB dan kelak bekerja pada perusahaan tambang itu.
Kemampuan sainsku memang lumayan. Di sekolah, aku selalu menduduki peringkat pertama. Nilaiku berkisar antara delapan hingga sempurna. Berbagai lomba sains pun telah aku juarai, dari tingkat provinsi hingga nasional.
Aku ingat suatu waktu sang insinyur itu datang bertamu ke rumahku. Kami memang masih memiliki hubungan saudara. Ia menemui bapak.
Di saat itu lah bapak mulai mengerti apa itu insinyur, bagaimana kerjanya, dan berapa penghasilannya. Dari perjumpaan itu, bapak menjadi begitu ingin menguliahkan aku di ITB untuk mengikuti jejak sang insinyur yang memang telah menjadi orang terkaya di kampungku.
Aku bergeming begitu lama, seakan menuruti saja kata-kata Bapak. Kepalaku mengangguk, namun hatiku tidak. Aku tidak ingin kuliah di ITB. Aku hanya ingin menjadi petani.
Sebulan kemudian, aku berangkat dari kampung menuju tempatku akan menempuh ilmu selama empat tahun ke depan. Aku diterima baik di ITB maupun di IPB.
***
Aku membohongi Bapak. Aku katakan kepadanya bahwa aku akan belajar di ITB sebagaimana yang dia mau. Nyatanya, Bogor lah yang menjadi tujuanku. Bukan kemauan bapak yang aku turuti, namun justru kata hatiku sendiri. IPB adalah tujuanku, sebuah perguruan tinggi yang menggeluti bidang-bidang pertanian.
Setahun berlalu. Dua tahun berlalu. Tiga tahun berlalu. Aku belajar di IPB tanpa sepengetahuan bapak. Ia masih mengira bahwa anaknya akan menjadi seorang insinyur sebagaimana yang sangat diinginkannya. Selama tiga tahun itu pula, aku terus-terusan membohonginya tanpa perlu takut kebohonganku itu akan terbongkar. Bapak tak mungkin mengunjungiku, ia bahkan tak tahu dimana pastinya aku berada. Yang ia tahu adalah, aku tengah belajar di ITB dan kelak akan menjadi insinyur untuk kemudian bekerja di perusahaan tambang. Terlebih lagi, usia bapak telah semakin tua.
***
Suatu hari, tak biasanya aku menerima telepon dari kampung. Paman yang meneleponku. Sebuah telepon yang sangat mengagetkanku.
“Bapakmu sakit keras, Nak. Kamu bisa izin pulang tidak? Ia ingin bertemu Kamu.” Terdengar sayup-sayup di telingaku kata-kata paman. Aku harus pulang kampung, menemui bapak yang tengah sakit keras.
Tak perlu begitu lama, aku telah sampai di terminal bus. Esok pagi aku harus sudah sampai di rumah. Bapak membutuhkan kehadiranku.
***
Bapak terbaring lemah di kamarnya. Ia kelihatan lebih tua daripada biasanya. Nafasnya berat, matanya sayu, kulitnya hangat. Namun, ia tak ingin dirawat di rumah sakit.
Aku menghampiri bapak. Kupegang tangannya, duduk bersimpu di sampingnya. Bapak tersenyum kepadaku.
“Sepertinya bapak tidak bisa melihatmu menjadi insinyur, Nak. Hidup bapak tidak akan lama lagi. Bapak akan segera menyusul ibumu.”
Aku tak kuasa menahan air mata mendengar ucapan bapak. Bukan hanya karena aku takut tak lama lagi bapak akan meninggalkanku selama-lamanya, namun juga karena kobohonganku sendiri. Bapak tak pernah menyadari bahwa anak kesayangannya, selama tiga tahun ini, telah membohonginya. Sebuah dosa yang masih terus membayangi hidupku hingga kini.
Aku berusaha menguatkan hati bapak. Namun, sedikitpun aku tak pernah mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Sebentar lagi, aku memang akan menjadi insinyur, namun bukan insinyur sebagaimana yang bapak pikirkan. Aku akan menjadi insinyur pertanian, bukan insinyur pertambangan sebagaimana yang bapak impi-impikan itu.
Bapak meninggal dalam pelukanku sehari kemudian…
***
Pasca meninggalnya bapak, berbagai macam tekanan batin seakan menyelimuti hidupku. Seringkali muncul dalam ingatanku berbagai macam petuah bapak yang menyiratkan betapa inginnya ia agar aku menjadi seorang insinyur. Aku mengingkarinya, aku membohonginya, bahkan hingga ia meninggal dalam pelukanku sendiri.
Aku berusaha menepis tekanan-tekanan itu. Aku berusaha melawan bisikan-bisakan bapak dalam hatiku. Aku bulatkan tekadku, aku harus menjadi seorang yang berhasil. Aku tahu bapak tidak menginginkanku menjadi seorang insinyur pertanian, namun jika aku berhasil menjalaninya, barangkali bapak akan memaafkanku. Barangkali bapak akan tetap membanggakanku.
Aku tak perlu harus menunggu selama empat tahun lamanya untuk menyelesaikan kuliahku. Dalam kurun waktu tiga setengah tahun, kuliahku telah selesai. Hari itu aku diwisuda, menjadi salah satu lulusan dengan peringkat terbaik. Aku cukup bahagia dengan prestasi itu, meski begitu hambar rasanya diwisuda tanpa kehadiran orang tua ataupun sanak saudara.
Lulus dari kuliah, tantangan baru sudah menantiku. Berbagai macam tawaran pekerjaan dari beberapa perusahaan datang kepadaku. Tak ada yang membuatku tertarik. Aku lebih memilih untuk pulang kembali ke kampung saja. Aku ingin bertani disana, melanjutkan pekerjaan bapakku yang selama ini tak ada yang meneruskannya. Aku tetap ingin menjadi petani. Di kampungku sendiri. Di tanahku sendiri.
Beberapa teman seangkatanku memilih untuk bekerja di perusahaan-perusahaan itu. Aku tetap dengan jalanku sendiri, pulang dan bertani di kampung halaman.
***
Di kampung, lahan pertanian bapak sungguh sangat luas. Terdiri atas kebun dan sawah. Lahan-lahan itu kini terbengkalai begitu saja, tak ada yang merawat. Aku tergugah untuk merawatnya.
Berbagai macam ide dan konsep yang aku terima semasa kuliah ingin segera aku terapkan disana. Berbagai macam budidaya pertanian telah menggunung dalam benakku. Aku tak sabar untuk menerapkannya.
Hari itu aku mulai bertani. Orang-orang kampung seakan terkejut dengan apa yang aku lakukan. Adalah hal yang tidak biasa bagi mereka jika melihat seorang yang berpendidikan, mau berkotor-kotoran dan berpanas-panasan di kebun atau di sawah.
Sebagian besar pemuda kampung sendiri telah enggan untuk bertani. Mereka lebih memilih untuk merantau ke Jakarta, bekerja sebagai tukang bangunan atau menjadi buruh di pabrik-pabrik tekstil. Hasil pertanian yang rendah membuat mereka malas untuk bertani. Beberapa dari mereka justru gengsi untuk bertani. Beberapa yang lain malah merendahkan profesi yang ditekuni orang tua mereka sendiri itu.
Jumlah petani di desa pun telah menurun drastis. Pemuda-pemuda kampung kini enggan memegang arit atau cangkul. Arit dan cangkul itu ditinggalkannya dan digantikan dengan alat-alat bangunan atau mesin jahit di ibukota.
Aku justru sebaliknya. Di saat mereka mulai berangkat ke kota, aku justru kembali ke kampung.
Berbagai macam cibiran aku dengar dari beberapa warga kampung. Asumsi mereka selama ini, aku akan menjadi seorang pekerja kantoran, berpakaian necis, berdasi, dan bersepatu rapi. Paling tidak, aku akan menjadi pegawai negeri. Untuk apa sekolah kalau hanya toh akhirnya tetap menjadi petani, begitu yang ada dalam pikiran mereka. Nyatanya, penampilanku memang tak jauh berbeda dengan mereka. Aku tak bergeming. Aku acuhkan semua perkataan mereka.
Dalam tahap awal, sisa-sisa tanaman kebun yang ditanam bapak, aku jual semuanya. Hasilnya akan menjadi tambahan modal bagiku untuk mengganti tanaman-tanaman itu dengan tanaman yang baru. Aku mengajak dua orang yang dahulu biasa membantu bapak untuk membantuku.
Berbagai macam tanaman yang aku dapat dari balai-balai penelitian aku tanam dalam kebunku. Tanaman kopi, karet, kakao, menjadi tiga tanaman utama. Di sekitarnya juga aku tanam berbagai macam pepohonan berkayu keras, seperti sengon, gaharu, dan jati. Aku merawat tanaman-tanaman itu sesuai dengan standar perawatan yang aku dapat semasa kuliah.
Tiga tahun awal adalah masa-masa yang sulit bagiku. Tanaman-tanaman yang aku tanam itu belum juga memberikan hasil. Tanaman-tanaman itu baru akan memberikan hasil pada tahun keempat. Aku tak mau menunggu selama itu.
Beberapa lahan yang tersisa, aku bangun peternakan ayam petelur. Beberapa yang lain, aku budidayakan jamur tiram. Untuk sawah, aku tanami padi, jagung, juga sayur-sayuran. Semuanya aku kelola dengan seoptimal mungkin. Orang-orang yang membantuku tak cukup hanya dengan dua orang, aku mesti mempekerjakan sampai dengan sepuluh orang setiap harinya.
Jerih payahku mulai memberikan hasil beberapa tahun kemudian. Kebunku tampak menghijau dan terhampar dengan suburnya. Ternakku kini bukan lagi hanya ternak ayam, aku kembangkan pula peternakan sapi dan kambing etawa. Usaha jamur tiramku juga menuai hasil yang lumayan. Setiap hari bisa dipanen untuk kemudian dikemas dan didistribusikan ke pasar-pasar, beberapa bahkan sampai merambah ke luar kota.
Kopi robusta yang aku tanam juga memberikan hasil yang lumayan setiap tahunnya. Aku bekerja sama dengan sebuah perusahaan pengolah kopi. Aku rutin mengirimkan kopi-kopi hasil dari tanah bapakku kepada perusahaan-perusahaan itu. Semua yang aku kerjakan, sedikit atau banyak, mampu memberikan hasil yang lumayan hingga kemudian aku mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai petani teladan.
Bersyukur, kerja keras dan tekadku pada akhirnya seakan terbayar lunas.
***
Siang ini, kutatap kembali makam bapak yang berdampingan dengan makam ibuku. Aku bersimpuh di depan makam keduanya. Mereka seolah memandangku. Aku merunduk mengingat mereka berdua.
Kudekatkan tubuhku ke makam bapak, kupegang nisannya.
Bapak, aku mohon maaf telah membohongi Bapak sekian lamanya. Apakah Bapak masih menginginkan aku menjadi seorang insinyur tambang? Aku tidak memenuhi keinginan Bapak itu. Apakah Bapak bisa tenang disana?
Aku ingkar kepada maksud baik Bapak itu. Membalas budi baik Bapak pun aku belum mampu. Bapak belum juga naik haji sampai Bapak meninggalkanku, sebelum aku mampu membantu Bapak berangkat kesana. Tuhan terlalu cepat memanggil Bapak kembali.
Bapak, apa Bapak sekarang ridho dengan apa yang aku kerjakan? Aku bukan insinyur tambang. Aku tidak bekerja di kantor atau di pertambangan. Aku bekerja seperti juga Bapak dahulu, bergelut dengan kotornya tanah dan panasnya sawah.
Aku ingin seperti Bapak sejak dulu kala. Di saat aku sering mengantarkan bekal makanan untuk Bapak dan pembantu-pembantu Bapak di kebun dan di sawah Bapak. Aku begitu tertarik dengan apa yang Bapak kerjakan. Tidak sadarkah Bapak bahwa bertani adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia? Itu yang aku pikirkan sejak dulu sehingga aku bertekad menjadi petani seperti Bapak, sehingga aku membohongi Bapak sekian tahun lamanya sampai Bapak meninggalkanku.
Aku mohon ridho dari Bapak atas apa yang aku kerjakan. Meski Bapak telah tiada, bayang-bayang dosa seringkali menghampar dalam mimpi-mimpiku. Aku mohon kepada Bapak, maafkan salahku, maafkan dustaku kepada Bapak, agar aku tenang menjalani hidupku.
Bapak mesti tahu apa yang aku kerjakan. Usaha itu tak hanya bermanfaat untuk diriku sendiri, tetapi juga telah membuka sebuah lapangan pekerjaan baru di kampung kita. Orang-orang kini tak lagi berpindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Aku sudah bisa mempekerjakan mereka di kampung mereka sendiri, tak perlu harus jauh dari anak dan istri mereka. Kampung kita telah jauh lebih maju daripada dulu.
Aku mohon maaf kepadamu, Bapak. Selain karena telah mengingkari perintahmu, aku juga belum mampu membalas jasa-jasamu dalam membesarkanku. Aku mohon ridhomu…
Lamunanku terkagetkan dengan kedatangan Alif, putra kecilku. Ia menyusulku ke makam bersama dengan ibunya. Dibawanya bola kecil kesayangannya. Ia menghampiriku, memelukku dari belakang.
“Ayah sedang mendoakan kakek-nenekmu disini, Nak. Ayuk, kita doakan kakek-nenek bareng-bareng.” Aku angkat Alif agar berdiri di sampingku. Istriku pun mendekat. Kami bertiga berjejer, berdoa bersama-sama.
Selesai berdoa, aku elus rambut merah di kepala Alif. Aku pandangi wajah putih bersihnya. “Besok kalau sudah besar mau jadi apa, Nak? Mau jadi petani seperti Bapak atau jadi apa?”
Alif menyengir. Ia berikan bola kecil yang dipegangnya kepadaku. Aku tersenyum kepadanya. Mungkin saja itu menjadi tanda bahwa dia ingin menjadi pemain bola.
Kami bertiga beranjak dari makam bapak dan ibuku. Sebelum pulang ke rumah, kami ingin mampir dahulu ke kebun kopi. Disana, para pekerja tengah bersiap memanen kopi yang sudah memerah.

Taken of : http://teguhalkhawarizmi.wordpress.com
Posted by Unknown On 02.22 No comments BACA SELENGKAPNYA =>

Senin, 27 Mei 2013

(visijobs-news) - Menjadi petani tidak identik dengan kemiskinan, setidaknya penduduk di Desa Suniabaru, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Masyarakat di sana membuktikan lebih dari 80 persen penduduk di desa berhawa sejuk itu, sejak 1997, telah menikmati kesuksesan dari profesi bertani.
Menurut Fachrudin, salah seorang dari penduduk desa yang sukses dari bertani, sebagian besar anak muda di desanya tidak ada yang berkeinginan menjadi pegawai, termasuk mencari pekerjaan ke kota besar.

"Anak muda di sini lebih memilih menjadi petani ketimbang menjadi pegawai," ujar Fachrudin.

Adalah tanaman cabai yang telah meningkatkan kesejahteraan penduduk desa tersebut. Tak heran, sebagian besar lahan pertanian dan kebun masyarakat di Desa Suniabaru, ditanami tanaman cabai. Seluruh produksi cabai dari daerah inilah yang selama ini memasok kebutuhan warga Jakarta dan sekitarnya.

Fachrudin adalah satu dari puluhan petani cabai di Desa Saniabaru. Tahun lalu, pria berusia 54 tahun itu berhasil meraih penghargaan sebagai petani terbaik ditingkat provinsi dan kabupaten karena keuletannya mengembangkan tanaman cabai. Kini Fachrudin menjadi panutan petani di daerahnya.

"Kunci keberhasilan menjadi petani cabai haruslah memahami perilaku cabai. Mulai dari waktu memberikan makan (pupuk), minum, serta penanganan dalam menghadapi penyakit," ujarnya.

Berkat kerja keras, mau belajar memahami karakter tanaman cabai, serta menggunakan benih hibrida yang berkualitas, Fachrudin mampu membuat tanaman cabainya menghasilkan tiga ton cabai segar dalam satu kali panen. Padahal, tanaman cabai yang ditanamnya mampu 24 kali panen dalam tiga bulan. Tatkala harga cabai di tingkat petani dihargai Rp20.000 per kilogram, maka Fachrudin bisa mengantongi setidaknya Rp60 juta untuk satu kali panen.

Sebagai perbandingan, umumnya, petani cabai yang menanam benih cabai non hibrida, hanya mampu memanen kurang dari satu ton cabai dalam sekali panen. Bahkan, kendati harga cabai saat ini sangat berfluktuasi, hal itu tidak merisaukan Fachrudin.

Pria yang pendidikan formalnya hanya sampai setingkat sekolah dasar itu menggandeng puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Nyata. Bersama-sama, Fachrudin membeli mesin giling dan mesin kemasan plastik untuk membuat cabai kering giling.

"Kalau harga cabai kurang bagus maka kami jual dalam bentuk cabai kering giling dalam kemasan plastik hampa udara. Sehingga, cabai bisa bertahan lama dan harga jualnya tidak jatuh," ujar dia. Menurut dia untuk kemasan cabai kering giling 400 gram yang diproduksinya, berasal dari satu kilogram cabai segar yang prosesnya mulai dari pengeringan, penggilingan menjadi bubuk, dan pengemasan.

Fachrudin merasa keberhasilannya mengembangkan tanaman cabai saat ini salah satunya berkat didikan dan gemblengan orang tuanya sejak kecil. Merasa jenuh ikut orang tua bercocok tanam, Fachrudin memutuskan untuk berganti profesi dengan berdagang di Kota Bandung pada 1983.

Namun, jerih payahnya menjadi pedagang kurang memberikan pendapatan yang optimal. Akhirnya, pada tahun 1997, dia memutuskan kembali ke Majalengka. Berbekal uang yang didapat dari hasil berdagang, Fachrudin membeli sepetak lahan pertanian di Suniabaru sebagai awal hidupnya bertani.

Rupanya darah petani yang mengalir pada dirinya membuat keputusannya kembali ke desa tak sia-sia. Rupiah demi rupiah berhasil dikumpulkan sehingga lahan yang semula hanya 2.000 meter persegi kini sudah bertambah menjadi satu hektar (10.000 meter persegi).

Fachrudin mengaku, keberhasilan menjadi petani dikarenakan dirinya banyak belajar dan mengikuti perkembangan teknologi, serta rajin mengikuti berbagai pelatihan tentang pertanian. Titik awal kesuksesannya menjadi petani cabai dimulai ketika ia mengikuti pelatihan yang digelar perusahaan benih PT East West Seeds Indonesia (Ewindo) pada 2001.

Berkat pembinaan perusahaan tersebut, ia yang semula menggunakan benih biasa (non hibrida) telah menukarnya dengan benih hibrida yang hasilnya jauh lebih banyak. Dia juga banyak belajar dengan petugas penyuluh lapangan Ewindo yang dikombinasikan dengan pengalamannya sebagai petani.

Fachrudin mengatakan, apabila menggunakan benih non hibrida, tanaman cabai hanya menghasilkan empat ton per hektar, tetapi dengan menggunakan benih hibrida, produksinya bisa mencapai 12 ton untuk lahan satu hektar.

Keberhasilan ini lah yang ditularkan kepada kelompok tani yang dipimpinnya, sehingga apabila pada 2002 yang menggunakan benih hibrida baru 60 hektar, pada tahun 2011 sudah mencapai 110 hektar. 

Fachrudin mengatakan, tidak semua petani di Desa Suniabaru menanami lahannya dengan cabai. Beberapa mengembangkan terong, jagung, kol, dan sayuran lainnya. Bahkan Fachrudin mengakui lahan yang dimilikinya tidak semata ditanami cabai.

"Harus diselingi dengan tanaman lain, tujuannya menghindarkan dari penyakit, kalau kita tanami dengan tanaman yang sama sangat rentan terhadap penyakit," ujar Fachrudin.

Bahkan berkat saling bertukar ilmu dengan petugas penyuluh lapangan Ewindo pihaknya kini juga menggunakan mulsa (lembar plastik) agar tidak perlu menyiangi rumput liar, mengurangi hama, serta yang terpenting lebih efektif dalam menggunakan pupuk.

"Untuk lahan seluas satu hektar butuh 13 gulungan yang harganya Rp700.000 berikut biaya pemasangan," ujar dia. Keberhasilan Fachrudin membina kelompoknya juga mendorong Bank Dunia untuk memberikan dana hibah yang dipergunakan untuk memberikan pelatihan kepada petani.

"Dana hibah itu terus ditingkatkan kalau semula hanya Rp17 juta pada 2008, maka kini sudah mencapai Rp44,9 juta. Dana itu kami gunakan untuk mengundang penyuluh pertanian untuk memberikan pelatihan sehingga kami dapat mengoptimalkan produksinya," ujar dia.

Tak berhenti pada dirinya, Fachrudin berkeinginan Asep anak semata wayangnya bisa melanjutkan usahanya. Karena itu dia menyekolahkan anak kesayangannya ke Jepang untuk belajar pertanian saat itu masih setingkat SMA dan kini di perguruan tinggi dengan tetap mengambil jurusan pertanian.

"Saya berharap Asep setelah lulus kuliah dapat menerapkan ilmunya di sini. Saya lebih senang dia bekerja di sini bergabung dengan saya dari pada menjadi pegawai," ujar Facrudin.

Taken of : 
http://visijobs.com
Posted by Unknown On 19.06 No comments BACA SELENGKAPNYA =>
SYARAT TUMBUH TANAMAN MELON
Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/th dengan ketinggian tempat yang optimal 200-900 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal untuk perkecambahan berkisar 28°-30°C, untuk pertumbuhan vegetatif 20-25°C dan untuk pembungaan >25°C. Rasa melon yang manis akan tercapai apabila selisih suhu antara siang dan malam cukup tinggi. Suhu pada siang hari untuk pembesaran 26°C sehingga dapat meningkatkan fotosintesis. Sedangkan suhu malam harinya <20°C untuk menekan proses respirasi cadangan makanan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman ini karena 90% kandungan melon terdiri dari air. Lokasi penanaman melon sebaiknya bukan bekas lahan tanaman melon atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun untuk diperoleh hasil yang optimal.



PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA MELON
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.



PELAKSANAAN BUDIDAYA MELON
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm dan kemudian dilakukan pemasangan ajir. Pemasangan ajir yang dianjurkan dengan sistem ajir tegak supaya kelembaban tanaman terjaga, masing2 ajir dihubungkan dengan gelagar. Gelagar ini disamping menghubungkan ajir yang satu dengan lainnya juga berfungsi sebagai tempat penggantungan buah. Agar serangkaian ajir tersebut menjadi kuat pada ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir dipasang ajir penguat membentuk sudut ± 45°.



Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit yang masih muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum melakukan penyemaian benih, sebaiknya benih direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif simokanil atau metalaksil dengan dosis ½ dari dosis terendah yang dianjurkan pada kemasan selama ± 6 jam, baru kemudian benih disemai pada media. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan lembab.



Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah dan dilakukan setiap pagi. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid pada umur 8 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit yang sudah memiliki 4 helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke lahan.



Pemeliharaan Tanaman Pada Budidaya Melon
Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Dan akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit. 



Pengikatan dan Pemangkasan Tanaman
Tanaman melon termasuk tanaman merambat dengan pertumbuhan yang cepat, untuk itu sedini mungkin harus sudah segera diikatkan pada ajir, pengikatan dilakukan setiap jarak 40 cm.



Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Agar sirkulasi udara di sekitar arel pertanaman lancar maka dianjurkan memelihara satu cabang utama. Pemangkasan cabang lateral dimulai dari ruas ke-1 sampai ke-6. Cabang lateral pada ruas ke-7 sampai ke-10 dipelihara sebagai tempat bakal buah. Bakal buah diseleksi saat ukuran buah minimal sebesar telur, dipilih 2 buah yang sempurna. Setelah dilakukan seleksi buah cabang lateral yang buahnya dipelihara dipangkas dengan menyisakan 3 helai daun diatasnya. Sedangkan cabang lateral yang buahnya tidak dipelihara, yang satu dipangkas pada ruas ke 2 dan yang satunya lagi dipelihara sebagai cadangan daun untuk mengantisipasi kekurangan daun akibat serangan hama penyakit. Pemangkasan cabang lateral dilanjutkan pada ruas ke-12 sampai ke-33. Ujung cabang utama diatas ruas ke 33 kemudian dipangkas.



Buah melon perlu diikat pada gelagar untuk membantu batang tanaman menyangga beban buah. Pengikatan dilakukan pada cabang lateral yang berhubungan dengan tangkai buah membentuk huruf T.



Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya melon meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun dan pencabutan tanaman yang terserang hama penyakit.



Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.



Pemupukan Susulan
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada umur 15 hst, 25 hst dan 35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dan 1kg ZK dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.



Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 7 hst dan 24 hst, sedangkan kandungan Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20 hst, 30 hst dan 45 hst.



Defisiensi Unsur Hara
Kalium. Tanaman melon memerlukan unsur hara kalium dalam jumlah yang sangat banyak. Unsur ini berperan dalam penyusunan protein dan karbohidrat. Selain itu pemberian unsur kalium yang cukup juga akan meningkatkan kualitas buah serta meningkatkan ketahanan tanaman baik terhadap serangan hama penyakit maupun kekeringan. Kekurangan kalium ditandai dengan gejala tepi daun menjadi kuning muda, kemudian berubah menjadi kecoklatan, akhirnya robek seolah bergerigi. Untuk mengatasi kekurangan unsur hara ini dapat dikocor KNO3, dan dapat pula dilakukan penyemprotan pupuk daun yang mengandung kalium tinggi, misalnya pupuk MKP (Mono Kalium Pospat). 



Magnesium. Tanaman melon juga membutuhkan unsur magnesium dalam jumlah yang relatif banyak. Unsur ini berfungsi unsur membentuk klorofil (zat hijau daun) dan mengaktifkan enzim-enzim dalam proses metabolisme. Kekurangan unsur ini ditandai dengan klorosis diantara tulang daun, warna daun menguning, terdapat bercak merah kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi kekurangan unsur ini dapat dengan pengapuran dan penyemprotan pupuk daun yang mengandung magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.



Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Melon
Hama Tanaman Melon
1. Gangsir
Gangsir menyerang batang tanaman muda terutama pada tanaman yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, dengan memotong batang tanaman tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah dengan membuat liang pada tanah, keberadaan gangsing dapat dicirikan adanya onggokan tanah pada muka liang. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.



2. Ulat Tanah
Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.



3. Ulat Grayak
Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



4. Ulat Jengkal
Gejala serangan ulat ini ditandai pada tepi daun muda terdapat bekas gigitan serangga yang makin lama makin makin ke tengah hingga tersisa tulang daunnya. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



5. Thrips
Serangan thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun yang terserang mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



6. Kutu Daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



7. Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



8. Tungau
Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun. Daun yang terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



9. Kumbang Daun
Kumbang daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai dengan adanya bekas gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada daun. Selain merusak daun kumbang ini juga merusak bunga melon. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



10. Lalat Buah
Lalat betina dewasa menyerang buah melon dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah melon sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.



11. Tikus
Tikus menyerang buah melon pada malam hari, pada siang hari biasanya hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara pengendaliannya dapat dengan memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida, campuran ini ditaruh di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai dengan adanya sisa-sisa makanan baru pada lubang atau terlihat bekas dilalui tikus. Selain itu bisa juga dengan cara, pada lubang sarang aktif diberi kabit, dan disiram dengan air kemudian lubang ditutup dengan tanah agar gas yang ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.



12. Nematoda
Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit yang menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah yang akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian nematoda adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.



Penyakit Tanaman Melon
1. Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman melon pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.



2. Layu Bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.



3. Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.



4. Busuk Phytopthora
Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun melon yang terserang seperti tersiram air panas. Buah yang terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.



5. Gummy Stem Blight
Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang tanaman yang nampak seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat dan akhirnya tanaman mati. Daun yang terserang ditandai dengan bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun akan mengering. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.



6. Powdery Mildew
Gejala diawali dengan bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.



7. Downy Midew
Terdapat bercak berwana kuning muda pada permukaan daun yang dibatasi oleh tulang daun, sedangkan pada permukaan bagian bawahnya terdapat massa spora yang berwarna kehitaman. Pada serangan yang parah terjadi pembusukan tulang daun yang akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.



8. Antraknosa
Antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.



9. Kudis (scab)
Serangan pada buah muda akan tampak bercak berwarna hijau-cokelatan melekuk ke dalam, bagian pinggirnya mengeluarkan cairan yang akan mengering seperti karet. Pada buah tua serangan penyakit ini akan membentuk kudis bergabus yang berwarna cokelat, tetapi proses pematangan buah tidak mengalami hambatan. Namun setelah dipanen, cendawan akan aktif dan buah mudah membusuk. Pada daun yang terserang akan terlihat bercak cokelat kebasah-basahan dan mengeluarkan lendir. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.



10. Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.



11. Virus
Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.



Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Melon :
- Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
- Pengendalian hamaulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun dan lalat buah dan penyakitmenggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).



PANEN
Umur panen buah melon sangat bervariasi, yaitu antara 55-85 hst (hari setelah tanam). Faktor yang paling berpengaruh terhadap umur panen adalah genetik dan lingkungan. Buah melon dengan varietas yang berbeda akan memiliki umur panen yang berbeda pula sekalipun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama. Dan sebaliknya, varietas melon yang sama akan memiliki umur panen yang berbeda andaikata ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, terutama ketinggian tempat.

Taken of : 
http://trikbudidaya.blogspot.com
Posted by Unknown On 01.03 No comments BACA SELENGKAPNYA =>
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

    Blogger news

    Blogroll

    About